Minggu, 22 Desember 2013

CerpenReligi ; Rindu Terbawa Angin

‘Assalamualaikum de..’ batin Nazmi lalu duduk pasrah. Nazmi bernapas panjang, lalu di hembuskan perlahan ke udara. Nazmi memandangi Zahra dari balik ‘rumah’ batu. Lelaki itu menatap sendu penuh rindu pada sosok Zahra, istrinya. ‘Kamu ingat pertama kali kita bertemu? Aku sangat ingat, dan kamu pasti membawa ingatan itu’ Nazmi berdehem pelan lalu tersenyum lepas pada angin yang datang bertamu di sekelilingnya. Hari ke-17 Ramadan 1433 H. “Assalamualaikum, maaf..” ujar Zahra tertunduk. Nazmi tertegun sesaat. Kalau saja waktu itu ia tak berpegangan pada sebuah tiang musalla, mungkin ia merasa lagi di kahyangan. Terbang, melayang takjub. Zahra berdehem pelan, pandangannya masih tertunduk. ‘Astaghfirullahal’adzim’ ucap Nazmi dalam hati, lalu menundukkan pandangannya. “Maaf, saya mau mengantar ini” ucap Zahra lembut. “Apaa…” ucap lelaki itu gugup. Zahra mengangkat pandangannya. ‘Ya Allah, makhluk apa di depanku sekarang ini?’ batin Nazmi gelisah, tak mampu berkata-kata melihat sosok perempuan di depannya yang mampu membuatnya lengah, berpaling dari asma Allah. “Maaf..” “Ya. Maaf. Maksud saya…” Saat itulah muncul ustad Abdullah. Lelakparuh baya itu tersenyum melihat dua insan di depannya. “Assalamualaikum..” “Waalaikumsalam..” jawab Zahra dan Nazmi berbarengan, kompak. Ustad Abdullah lagi-lagi tersenyum. “Ada apa Zahra?” ucap guru ngaji sekaligus imam di musalla Nurul Iman itu. “Saya membawa kue untuk buka puasa” “Oh, terima kasih Zahra” sahut Ustad Abdullah sekilas melirik Nazmi yang wajahnya memerah malu. Sesaat mata Zahra beradu dengan Nazmi. Zahra pamit pulang dan berlalu dari musalla. “Namanya Zahra, nak” ucap Ustad Abdullah tersenyum pada pemuda itu. Nazmi tersenyum penuh rona. Memandang sosok Zahra dari belakang. ‘Astaghfirullah’ batin Nazmi beristigfar lalu masuk ke dalam musalla. Langit sore memancarkan siluet jingganya. Segera berganti seiring beduk buka puasa di tabuh. Angin membelai mesra wajah Nazmi yang tertegun mengingat kejadian itu. Matanya di saput awan kerinduan mendalam. Ia berpaling pada sosok Zahra. Lalu tersenyum tulus ia menjawab sapaan burung-burung juga datang bertamu. Nazmi memandang langit berselimut awan yang menari bebas di angkasa. Pemuda itu menahan napas beratnya. Otaknya memutar ingatan tentang dirinya dan Zahra. 3 Syawal 1433 H. Nazmi bertandang ke rumah Zahra untuk pertama kalinya. Itu pun karena ajakan saudara sepupunya yang kebetulan tinggal di komplek rumah Zahra. Perasaan gugup menyelimuti hatinya. Berulang kali ia mengecek tangannya yang tak berhenti menggigil. “Kamu kenapa Mi,?” celetuk Fadil, saudara sepupunya Nazmi menuju perjalanan ke rumah Zahra. “Ah, ngga.. Ana baik, ya baik-baik saja” jawab Nazmi gugup. Fadil tersenyum simpul berjalan di depan Nazmi. Sesampainya di rumah Zahra, “Assalamualaikum..” Fadil mengucap salam. “Waalaikumsalam..” sahut seseorang dari dalam, Zahra. Dengan anggun dan tenang gadis itu menyambut kedatangan tamunya itu. “Duduk ya. Aku panggilkan Mama” ucap Zahra tersenyum berlalu masuk ke dalam. Angin menyadarkan kembali Nazmi yang tertegun. ‘Kamu ingat kan, pertama kali bertemu di rumah kamu. Lucu, aku merasa gugup luar biasa’ batin Nazmi sendu. Dedaunan kering yang jatuh di tanah, melayang pasrah karena hempasan angin. Nazmi meraih daun itu dan meletakkannya dengan lembut ke tanah. Nazmi jadi ingat betapa lembutnya sikap dan sifat Zahra. Dengan seekor semut pun ia tak tega untuk mengusirnya. Angin mendadak berubah menjadi deruan yang nyaring. Di iringi suara petir yang mulai bersahutan. Nazmi tak percaya bahwa akan hujan deras, padahal sebelumnya tak ada tanda mau hujan seperti langit mendung pun tak ada. Bergegas pemuda itu menuju sebuah saung yang terletak di tengah padang. ‘Zahra, sepertinya aku harus pulang dulu. Besok kita bercengkrama lagi ya. Assalamualaikum’ ucap Nazmi memandang jauh sosok Zahra, lalu dengan melangkah cepat menuju kendaraannya. Berlalu meninggalkan ‘padang’. RD161013 [Continue]

Judulnya Denis ; pernah saya ikutkan lomba-menulis-rindutanpakatarindu tempo lalu. tapi ngga masuk nomini .. it's ok, namanya juga usaha kan bloggers :D

Amira memandang langit sore yang terhampar di depannya. Terasa sesak di dadanya. Bukan karena udara yang semakin memburuk di muka bumi ini. Tapi sosok Denis di kepalanya yang terus berputar-putar. ‘Coba saja kejadian itu tak terjadi, mungkin sekarang kita masih di sini’. Amira menarik napas panjangnya. ‘Di sini memandang langit sore kesukaanmu’ batin Amira pilu. Menghempaskan napas beratnya di udara. Tak berapa lama buliran air mata telah membasahi pipinya. Amira tak berniat untuk menghapusnya. Ia berharap ada Denis yang dengan lembut menghapus air matanya ini. Tapi itu tidak akan terjadi. Sosok Denis telah menghilang. Sesenggukan Amira sore itu. Mengingat kebersamaannya bersama Denis dulu. Penuh canda tawa. Amira tak segan untuk menumpahkan keluh kesahnya pada Denis. Tentang apa saja. Terlebih tentang dirinya yang bagai burung di sangkar emas di rumahnya sendiri. Dengan sabarnya Denis mendengarkan. Di awali seulas senyum Denis, Amira merasa tenang di sampingnya. Air matanya mengalir deras seperti anak sungai. Amira tak dapat membendung kepiluannya. Kesedihan tak ada sosok Denis saat ini. Bayang-bayang Denis terpatri di otaknya. Tak mau lepas. Ia sangat menginginkan itu terjadi lagi dengannya. Bersama Denis. Kebersamaan yang selalu indah di matanya. Walaupun tangis Amira pecah saat berkisah tentang rumahnya. Ia ingin sekali. Tapi ia harus menerima kenyataan kalau Denis sudah menghadap Tuhan. Dengan tenang di rumah Tuhan sana. Amira harus mengatakan pada dirinya tentang kenyataan itu. Amira tak sesalkan dirinya saat itu tak mempunyai teman, selain Denis. Karena bagi dirinya Denis sudah mewakili seratus teman di hatinya. Lebih dari itu

Sabtu, 21 Desember 2013

Cerpen Saya yang entah keberapa kali :P

SMA Bakti Nusa kedatangan murid baru. Seorang murid cewek, biasa sih kalo ada murid pindahan kan. Tapi kali ini ngga biasa. Semua mata tertuju padanya (kayak slogan sebuah talent aja ya hihi..). Pagi itu di SMA Bakti Nusa, Tampaklah seorang guru konseling menggandeng seorang murid cewek. Yaitu, murid baru. Menuju ke kelas XI IPA A. Sesampainya di sana, “Maaf mengganggu waktunya Miss Ira,anak-anak. Saya perkenalkan teman baru kalian, namanya Derina Larasati” Suasana kelas hening. Tapi tak berlangsung lama, sebuah acungan tangan memusatkan perhatian Derin dan seisi kelas. “Bu..” “Ibu kira tak ada tanya jawab ya. Mungkin di lanjutkan istirahat. Terima kasih” guru itu memotong ucapan seorang anak itu. Seisi kelas bergema. Bersorak. Derin mengulas senyum manisnya pada seluruh isi kelas. Lalu duduk di bangku yang kosong. Saat istirahat, “Hi, nama gue Arif” “Gue Dino” “Gue Bimo” Begitulah suasana kelas XI IPA A setelah kedatangan seorang murid baru, Derin. Pada mengerubungi tuh cewek. Sapa yang kagak noleh sih, Derin ceweknya cakep, senyum manis ada lesung pipit. Dan satu lagi badannya semampai, kayak model bule. Mukanya ngga bosenin gitu deh. Jadi cewek, perfect kali. “Hi, gue Lisa” ucap seorang cewek berkacamata memperkenalkan diri. “Gue Derin” “Sudah tau kali, hehe..” ujar Lisa ngikik. Derin tersenyum lebar. “Tadi cowok-cowok genit. Gitu deh kalo ada murid baru, apalagi cewek, apalagi cakep kayak lo gini” celetuk Lisa membetulakan letak kacamatanya. Derin cuma tertawa. “Iye, pada ijo deh matanya kayak lampu merah” Lisa menmbahkan. “Ga-pa-pa. Oia, mau temenin ke kantin?” ujar Derin “Boleh-boleh, traktir ya. Hehehe, becanda kali” ujar Lisa ngakak. “Ngga becanda juga ga-pa-pa kali,hehe” Derina tersenyum lebar mengikuti langkah Lisa yang udah duluan di depan. Sepanjang menuju kantin Lisa ceritain kelasnya yang super gaduh dan kocak. Terus sebutin satu-satu nama fasilitas yang mereka lewatin menuju kantin. “Asyik” celetuk Derin selesai Lisa cerocos abis. “Asyik?” “Ya, asyik sekolah di sini. Rame” ujar Derin lagi. “Ya ramelah namanya juga sekolah kan. hehehe..” lagi-lagi Lisa mencairkan suasana dengan gurauannya. Derin tersenyum manis. Melangkah masuk kantin yang udah penuh murid-murid lain. Lisa ngga sengaja ngeliat Derin jalan, kayak model, anggun dan cantik. “Lo model?” ceeltuk Lisa di tengah gemuruh suara-suara di kantin itu. “Dulu sih, sekarang ngga lagi” Lisa ber’O pelan sudah duduk di bangku panjang. Derin juga duduk lalu mencomot sebiji gorengan yang tersedia di meja kantin. Dan melahapnya perlahan. Sementara Lisa memesan soto ayam dan teh es. “Di sini selain soto ayam, ada apa?” “Biasanya sih ada nasi kuning, tapi kayaknya udah habis” jawab Lisa. Derin mengangguk lalu mesan es jeruk. “Ngomong-ngomong, ekskul di sini ada apa aja?” ujar Derin ingin tau. “Banyak Der, ada basket, volley, mading…” Lisa cerocos sambil makan soto ayamnya. Derin ngedengerin asyik sambil minum es jeruknya. Lisa sesekali mengusap mulutnya karena makan soto sambil ngomong jadinya belepotan dikit gitu, hihi. Derin mikir akan ikutin salah satu ekskul untuk mengisi kekosongan waktunya selepas sekolah.

Bingung mau nulis apaan ?!? Coz lama ngga nongol di MY IDEA :P

Karena sekarang lg keranjingan ngikutin lomba nulis, ngikutin lah lomba cerita horor kota dari sebuah penerbit. dan muncullah ide pengen nulis tentang salah satu cerita horor di kota saya sekarang. Tapi jeleknya saya belum nyelesain cerita hingga detik ini, alasannya simpel karena pengen dapet cerita horor yang greget :D Dan untungnya deadline hingga akhir tahun ini :) And last, semoga ini keberuntungan saya untuk ngikutin lomba nulis apapun hehehe...

Senin, 22 Juli 2013

MenujuPertengahanRamadhan

Tak terasa sudah hampir 2 minggu Ramadhan menancapkan sinarnya di bumi.
waktu rasanya cepat berlalu, melintas begitu cepat.
tapi apakah jiwa sudah mantap meniti jalan menuju Fitri?
apakah ibadah sudah terlaksana sepenuhnya?
sepenuhnya mungkin belum, masih tahap kesana mungkin?
entahlah?!
mungkin juga hati masih kerdil akan cahaya itu?
tak mampu menangkap sepenuhnya apa itu berkah Ramadhan.
tapi sejujurnya, hati ini selalu merindu akan itu.
akan Ramadhan dan Fitrinya...

Jumat, 14 Juni 2013

RenunganHambaYang Fakir

Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah....
Hidup di dunia hanya sementara,
tidaklah kekal selama.
Dunia adalah rumah singgah sebentar,
tidak selamanya berdiam.
Semuanya hanya palsu belaka, tidaklah asli.
Ketentuan Allah mutlak, untuk kita para manusiaNya.
Anak, suami, keluarga juga akan kembali padaNya.
Astaghfirullah Rabbalbarolya.
Astaghfirullah Minalhotoya.
Astaghfirullah...

Lomba Menulis Puisi"Merindu Ramadhan"



~ Selembut Ramadhan ~
Lihatlah kesana wahai insan, laju cahayanya mengenai kita.
Kalian tahu bahwa semerbaknya sudah tercium,
Memenuhi lubang sanubari ini
Yang haus akan sinarnya,
Yang lapar akan berkahnya,
Yang tuli akan kumandangnya.
Ya, dia akan datang lagi.
Memanggil raga yang telah lama terabaikan oleh usikan duniawi tiada kekal,
Dia akan membelai lembut hati ini lebih lembut dari hal terlembut.
Oh Ramadhan, terangilah selalu jiwa ini dengan keberkahan dari Allah,Sang Pencipta.

Selasa, 11 Juni 2013

Cacing Krii..Bo_3



Tak terasa udah menjelang festival SMU Harapan Maju nih, udah H-3 coy. Semua pengurus OSIS yang jadi panitia festivalnya terliat sibuk mondar-mandir kayak setrikaan keluar masuk sekolah. Panggung dan tetek bengeknya pun baru aja di pasang oleh seksi perlengkapan di bantu sama yang punya tuh atribut panggung, mulai dari badan panggung sampe hal sekecil kayak dekor kursi buat tamu khusus. Seksi acara sendiri udah menyusun runut acara festival, dan yang tak kalah hebohnya lagi lebih dari 3 stand para sponsor festival memenuhi lapangan dalam SMA HaMa ( singkatan Harapan Maju ceritanya J).
Dan sore harinya saat para panitia berkumpul di sekolah untuk ngebahas lebih intens lagi tentang festival ntar yang ceritanya mengundang juga Miss Indonesia (finalis dari wilayah mereka aja,hi.hi)dan seluruh SMA sekabupaten.
                     “ Ka, gimana ya tentang stand itu apa aku boleh ikutan? Trus ngga pake baju panitia gitu?” tanya seorang cewek kelas X yang di rekrut oleh Agil untuk ngebantu jaga stand
                     “ Lo tanya deh sama Agil ya, kan dia yang milih lo semua” jawab Rahma matanya mengitari berlima cewek-cewek kelas X itu.
                     “ Tapi kata Ka Agil suruh tanya Ka Rahma” sahut cewek satunya.
‘Astaga Agil, kok harus gue juga sih yang ngurusin gini’ Rahma membatin kesal.
                     “ OK, gini aja lo semua ntar harinya stand by aja di standnya ya. Ntar Agil yang ngasih instruksi gimana-gimana. Ok. Gue tinggal dulu ya girls” jawab Rahma sambil berlalu menuju ruang OSIS.
Ngga lama Rahma melangkah, seorang cowok berkacamata kayaknya dari kelas XI deh memanggil namanya.
                     “ Ya, ada apa?” ujar Rahma berpaling
                     “ Gini gue mau nanya, kalo yang bagian stand minuman itu kemarin katanya kekurangan orang ya? Gue bersedia deh” sahut cowok itu seraya membetulkan letak kaca matanya yang miring.
‘Astaga masalah stand sponsor lagi. ntar kalo ketemu Agil, gue pengen jitak tuh kepala’ Rahma menahan jengkel bin sebelnya sambil menyunggingkan senyum.
                     “ Oh, dari Agil ya. Ok, ntar besok lo samperin orangnya ya. Ok, gue kesono dulu. Makasih” sahut Rahma segera berlari cepat supaya jalannya ngga ada hambatan oleh panggilan anak-anak lagi.
Sesampainya Rahma di ruang OSIS yang udah berantakan amburadul karena seksi perlengkapan juga pada ngebuat tuh dekor tambahan di dalam ruangan. Alhasil ruang OSIS kayak warung penjual barang-barang kelontong bekas.
                     “ Agil mana?” tanya Rahma sekonyong-konyong nongol dari pintu.
                     “ Lah dia tadi nyari lo Ma” sahut Dimas sambil memotong kertas-kertas.
                     “ Astaga, bisa botak juga ni kepala ya. Dari tadi gue di kerubutin melulu sama anak-anak. Masih mending kasih makanan gitu, ini malah nanya tentang stand sponsor” cerocos Rahma mengambil duduk di sebelah Gini yang asyik ngetik di depan computer jadul punya OSIS.
Tak ada yang nyahut omongan Rahma semua pada sibuk sama kerjaan masing-masing. Di kejar deadline pikir mereka.
                     “ Coba aja ada si kribo ya Gin” Rahma berseloroh menoleh ke arah Gini
                     “ Nah lo nyari sekarang, kemarin-kemarin pada bête gitu.haha..” jawab Gini masih menatap layar computer.
                     “ Bukan gitu sih, ya gimana ya..” Rahma ragu.
                     “ Kasian dia, sakit udah 2 hari” sahut Nisa sambil mengemot permen kaki hasil nodong Dimas.
                     “ Iya, kasian juga tuh anak ya” ujar Rahma lagi. gini hanya cekikik pelan, entah apa yang di pikirkannya.

Minggu, 09 Juni 2013

Cerpen_ 3 Serangkai end

Begitulah keseharian gue bersama sohib gue Zizi dan Risa. Mungkin kalo bisa kita sama-sama terus, hehe..
" Ris, lo masih ingat ngga dulu waktu masih kecil. lo ngga bisa ngomong s. bilang pisang aja jadi pitang.hahaha" gue ngakak suatu hari waktu lagi nongkrong di rumahnya Risa ngingat masa lampau.
" Hehehe, ingat donk Ka, jadi malu gue" sahut Risa mengusap mukanya sendiri.
" Gue heran deh sama lo Ris, manggil gue ngga pake kakak atau apalah sebangsanya. kalo sama Denia pake ka lagi. kan secara gue lebih tua dari lo dan Denia" celetuk Zizi mandangin muka Risa sambil melek merem, karena kesilauan kali.
" Iya ya Ris, ngga biasa manggil Zizi pake kakak gitu" gue nambahin
" Udah biasa gitu Zi, ngga enak manggilnya pake kakak" jawab Risa terkikik sambil ngerjain tugasnya, tau tuh bisa aja kali ngejawabnya jangan-jangan jawabannya ngalor ngidul kayak omongannya,hihi
" Ngga pa-pa juga sih, biar kesannya gue lebih muda gitu" ujar Zizi tersenyum lebar.
" Yee, sok muda" gue nyahut seraya menghirup es jeruk bikinan Risa.
" Daripada lo, sok tua.hahaha" sahut Zizi ngakak
" Sialan lo" gue menimpuk Zizi pake gumpalan kertas yang gue ambil dari bukunya Risa, hihi. tuh liat mukanya udah cembetut kayaka nenek ompong saat gue ambilin kertas bukunya.
" Eh guys, btw onde-onde busway besok dah sabtu. kita nodong om Aman apa? masa extrajoss susu terus" gue nyeletuk
"Iya ya, lo aja deh Zi. bujuk om Aman gitu, beli apa kek. ayam kek, atau nasi goreng kek" sahut Risa menutup bukunya, kagak tahan ngedenger kita ngobrol sementara dia ngerjain tugasnya.
" Gue ya, ntar deh gue bujuk om Aman kita beli ayam kentucky.hehehe" sahut Zizi, ngebuat muka gue sama Risa cerah berbinar bak matahari di muka lagi nongol.
___
Besoknya, tepatnya sore sabtu.
" Gimana Zi? om Aman belikan apa?" gue nanya ngga sabar sambil jalan-jalan sore.
" Udeh, katanya nanti di belikan. hebatkan gue" Zizi berbangga diri.
" Iya lah, kan lo jago ngerayu" sahut Risa yang daritadi nguntilin di belakang sambil mencet-mencet handphonenya.
" Bagus deh" gue tersenyum lebar, selebar baskom :P
Malamnya,
" Wah, gini donk om. sekali-sekali belikan kita kek. extrajoss melulu, bosa juga kan" celetuk Risa menghirup es untuk kesekian kalinya, rupanya haus gila kali ya.
" Iya, besok nanti bantuin om beres-beres kamar ya. ok" om Aman tersenyum lebar,
Gue, Zizi dan Risa bengong ngedenger kata Om Aman tadi. syok banget rasanya (lebay niyee..)
" Hah, ngga salah om?!" ujar Zizi membuka lebar mulutnya, sampe-sampe muncrat tuh makanan kembali ke piring.
" Iya, tinggal dulu ya. besok di tunggu" om aman berlalu meninggalkan kebengongan kita.
***
Besoknya, kita memang bantuin om Aman beres-beres. sebagai balas budi, om Aman berulangkali ngomong gitu supaya kita pada kasian dan bantuin dia.
begitulah keseharian gue, dan 2 sohib gue yang asyik bin gila itu. ada aja kelakuan, tingkah yang konyol bikin kita sendiri ngakak abis. ngga tau orang ngeliatnya. kebersamaan kita yang akan terus di ingat, yah mungkin tak terjadi lagi untuk kedua kalinya. semua bisa berubah kan. kapan saja. yang pasti jalinan persahabatan kita akan terus di ingat, mungkin di ceritakan sama anak cucu kita kelak.
ya, kelak. entah kapan itu.
[END]

Cacing Krii..Bo_2



                “ Gue heran ya si kribo ntu ngikutin trus. Liat tuh, dia udah nguber kita” celetuk Rahma saat istirahat pertama berakhir.
                “ Iya ya, dia naksir lo kali Ma” sahut Gini asal di sertai anggukan setuju dari Nisa.
                “ Hooh Ma, bisa-bisanya aja kali mau minta di jadiin asisten ketua OSIS. Ribet amat ngomongnya..” ujar Nisa sambil pelintirin ujung rambutnya yang keriting
                “ Ah, ngaco lo semua. Dianya aja yang keranjingan ngikut cewek-cewek macam kita yang eksis gini” sahut Rahma kepedean
                “ Hai cewek-cewek, pada mau kemana ni?boleh donk gue ikutan?” suara Dicky udah menggema di depan mereka padahal masih ada jarak 3 meteran lah.
                “ Mau ke wc” jawab Rahma membuang muka
                “ EH, tadi kan udah ke wc Ma. Katanya mau ke kantin?” sahut Nisa polos
                “ Astaga Nisa, lolot banget lo ya” bisik Gini di sebelah kuping Nisa
                “ Iya, kita mau ke wc Dicky kribo” ujar Gini lagi menambahkan.
                “ Iya, jadi lo mau ikutan juga? biar di gebukin sama cewek-cewek satu sekolah gitu. Huh,..” sungut Rahma membetulkan tali sepatunya yang lepas.
                “ Yee, jangan ketus gitu donk princess Rahma. Gue kan asisten lo, jadi kalo lo kemana-mana gue ikut lah” cerocos Dicky nyengir
                “ Trus sekarang ke wc juga ikut?” ujar Rahma mulai jengah
                “ Kalo yang itu, ya ngga lah. Gue tunggu di luar di luar ya” jawab Dicky tanpa rasa bersalah bikin Rahma jengkel setengah idup dengannya.
                “ Arrgggg, terserah lo deh!” Rahma mulai gusar dan melangkah berjalan di depan di ikuti Gini dan Nisa.
Di kantin bakso,
                “ Lo mau nambah ngga Ma?” tanya Dicky tiba-tiba duduk di sebelah Rahma
                “ Ngga” jawab singkat Rahma
                “ Gue aja deh Dick yang nambah” sahut Gini dengan melebarkan senyumnya pada Dicky
                “ Gue nanya ke Rahma. Kok kalian yang mau sih. Ngga-ngga” jawab Dicky menggeleng-gelengkan kepalanya sampai mau lepas tuh.
                “ Dasar pelit lo” ujar Nisa menyeruput teh es manisnya dengan mantap.
Saat mereka bertiga asyik makan bakso dengan lahapnya, kan Dicky ngga di anggap orang tapi ssttt cacing. Abis kemana-mana selalu ada di sela-sela merek, macam cacing aja yang nyelap-nyelip di tanah. Sebuah suara yang mereka kenal menggema di kantin bakso Lek’ Slamet.
                “ Hai mamen, mabro…”
Agil nongol dengan muka sok kecakepan, sambil nenteng-nenteng cilok yang udah abis separo. Cewek bertiga itu menoleh ke arah cowok yang barusan dating, nyapa sok akrab pada penghuni kantin padahal kan ada juga yang ngga kenal sama die dengan tatapan heran asli konyol.
                “ Hi girls,..” ujar Agil saat ngelewati duduk Rahma dengan konconya sambil melambaikan tangan kurusnya.
                “ Hi coy..” sahut Nisa dengan senyum selebar mungkin sambil mengacungkan garpu di depan muka Agil.
Rahma kembali menikmati sisa-sisa baksonya, sambil menyeruput teh es manis segelas.
                “ Lo mau nambah es tehnya Ma?” tanya Dicky memecah kebengongan para penghuni kantin Lek’ Slamet pada pengurus OSIS yang gokil itu.
                “ Ngga ah, udah kenyang. Tuh, tanya Nisa kayaknya udah abis” jawab Rahma ngelirik Nisa.
                “ Hooh Dick, tanyain gue kek gitu” seloroh Nisa memonyongkan mulutnya.
Rahma sekonyong-konyong berdiri dari duduknya dan menuju kantin sebelah, kantin rujak. Busyet,!!
                “ Gue mau beli rujak dulu deh” ujar Rahma seraya melangkah lebar menuju rujak bi Siti
                “ Astaga, lo laper apa doyan Ma. Busyet dah!” Gini heran bin kaget.
                “ Iya, perut apa tong sampah tuh” Nisa ikut menimpali.
                “ Tunggu Ma” ujar Dicky hendak berdiri keburu di tarik lagi oleh Gini.
                “ Lo mau kemana kribo? Habisin ni dulu, mubazir tau. Bayar aja belum lo, main kabur juga” seloroh Gini mengendurkan tangannya karena Dicky kayaknya nurut.
                “ Ngga kok” Dicky mencari alasan, kembali ngelakoni baksonya.
Saat bel istirahat abis, Rahma sukses ngeboyong satu bungkus rujak komplit plus garam pedesnya menuju kelas. Sambil menyusuri lorong sekolahnya, Rahma menikmati rujaknya di bantu oleh Nisa yang emang doyan banget sama rujak padahal dia ngga mau alasan kenyang. Tapi Rahma berhasil ngebujuknya dengan menenteng-nenteng satu potong mangga plus bumbunya yang sedap aduhai deh, hi.hi. Jadi deh dua sosok itu makan rujak sambil jalan,(eitt, jangan di tiru ya guys he.he.).

Cacing Krii..Bo_1



Siang yang terik saat istirahat, di sebuah ruangan yang ngga kecil atawa besar yang sedang-sedang aja deh (he, kayak lagu tuh..) tampak sekelompok anak-anak pada ngumpul serius sambil mengamati segunung berkas-berkas di depannya.
                “ Ok, kita mulai deh rapat singkat bin dadakan ini” ujar Rahma, cewek supel bin gokil yang ternyata adalah seorang taraaa…. Ketua OSIS SMA Harapan Maju.
                “ Gini Ma, gue udah tanya sendiri ke Septy anak kelas X yang katanya mau nyumbang itu. Dia sih ok aja, asal minta proposalnya” celetuk Agil, seksi marketing yang meskipun serius tapi mukanya tetep aja konyol. Di monyong-monyonginlah tuh muka.
                “ Sip, ntar gue kasih proposalnya” jawab Rahma tersenyum lebar.
                “ Kalo dari perlengkapan, lo Dimas?” tunjuk Gini sekonyong-konyong buka mulut
                “ Studio langganan kita udah gue confirm. Masalah dana sama waktunya, di rundingkan lagi. kalo bisa sih secepetnya katanya. Ntar bentrok” jawab Dimas sambil pelintirin tuh pulpen di mulut.
                “ Iye, gue denger juga sekolah sebelah mau ngadain festival music juga” celetuk Dicky, si kribo sang asisten Ketua OSIS (emangnya ada ya, maksain banget ya biar kayak asdos gitu jabatannya…. :P )
                “ Trus seksi konsumsi, lo Li gimana?” tanya Rahma menoleh ke arah sebelah, muka Lia
                “ Udah rebes Ma, gue udah confirm ke katringan itu. Gue sama tinggal nunggu duitnya aja” jawab Lia penuh semangat
Saat semuanya serius ngobrol, sebuah bunyi cukup nyaring dari arah sono nah. Mengagetkan mereka, ada yang nyungsep di bawah lemari, ada yang tertimbun di bawah meja, hihi..
                “ Ok, udah bel. Sekian dulu dan terima kasih” ujar Rahma mengakhiri
                “ Yah, kita ngga jajan donk Ma. Tolong bilangin kek, ke guru kite-kite minta waktunya sebentar buat ngisi ni perut. Meskipun dengan air segelas” ujar Agil mengiba-ngiba
                “ Iya Ma, gue juga laper ni” sahut Gini memegang perutnya
                “ Ok, ok, gue minta izinin deh ya lo semua ok. Tapi cuma 10 menit ya, ntar kalo lama gue yang di tabok sama guru” Rahma memutuskan dengan bijak (ciyee…)
Anak-anak remaja yang tergabung dalam sebuah perkumpulan yang bernama OSIS itu pun melangkah gontai dan penuh tawa menuju kantin. Melepaskan lapar yang dari tadi menggerogoti perut mereka pada, hi.hi.